Dari arah pintu masuk terlihat bapak kepala sekolah bersama perempuan paruh baya yang tersenyum manis melihat kedalam kelas. Bapak kepala sekolah memberikan salam untuk masuk kedalam kelas bersama ibu tersebut. Pak Adi segera bangkit dari duduknya menghampiri kedua tamu tersebut. “Begini pak, ini Bu Laila pengawas kita yang baru untuk mata pelajaran IPA yang bapak ampu.” Bapak kepala sekolah memperkenalkan ibu cantik itu yang ternyata bernama Laila dan bertugas sebagai pengawas pelajaran IPA.
Setelah sedikit bincang sana sini, “Silahkan ibu, mau duduk dimana?” pak Adi mempersilahkan bu Laila untuk memilih posisi duduknya. Terlihat bu Laila memilih duduk di pojok belakang. Setelah duduk, bu Laila mengeluarkan lembaran-lembaran kertas dari dalam tasnya berikut pulpen yang dia pegang sambil membaca lembaran-lembaran kertas tersebut.
Suasana kelas saat itu sangat tenang. Para siswa seakan takut bersuara demi melihat ada tamu yang duduk didalam kelas mereka. Pak Adi pun duduk pula di meja guru dengan tenangnya. Tak kalah dengan bu Laila, pak Adi terlihat pula asyik membaca buku. Suasana seperti itu akhirnya dipecahkan oleh bel tanda pergantian jam yang berarti pak Adi harus pindah ke kelas yang lain. Seakan mengerti bu Laila pun beranjak maju kedepan kelas mendekat ke arah pak Adi yang sibuk menata bukunya untuk dibawa pindah ke kelas berikutnya.
Tak lupa mengucapkan salam pada anak-anak, bu Laila pun mensejajarkan langkahnya dengan pak Adi. “Maaf pak, bisa saya minta waktunya sebentar untuk bincang-bincang di kantor guru, pak?” bu Laila menyapa ramah pada pak Adi. “Oh…iya…iya bu, dipersilahkan.” Pak Adi pun menjawab dengan ramah pula. Setelah duduk, bu Laila kembali menanyakan pak Adi tentang beberapa hal mengenai pembelajarannya didalam kelas tadi. “Sudah sampai KD berapa ya pak, pelajaran anak-anak di kelas VIII-2 tadi? Koq saya tidak melihat ada tulisan apapun di papan tulis.” Dengan senyum khasnya bu Laila bertanya pada pak Adi. “Oh…tadi itu, sudah sampai KD 3 bu, ya memang tidak ada tulisan di papan tulis bu karena saya sudah menjelaskannya minggu lalu. Nah…ketika ibu datang tadi, mereka itu tinggal mengerjakan soal-soal saja, begitu bu?” pak Adi menjelaskan alasannya pada bu Laila.
Masih dengan senyum, bu Laila pun melanjutkan bincang-bincangnya. “Boleh saya lihat RPP bapak, pak?” Terlihat pak Adi agak kaget ditanya demikian. Namun sejurus kemudian beliau bisa mnguasai keadaan. “Owalah…bu. Saya ini sudah guru senior disini. Yang diajarkan toh itu-itu saja kan bu? Ya saya ndak perlu buat-buat RPP segala. RPPnya sudah ada didalam kepala saya…bu.” Anehnya, senyum bu Laila terlihat makin manis saja mendengar jawaban pak Adi. Sementara bapak kepala sekolah yang kebetulan masuk ke situ terlihat sungkan dengan jawaban pak Adi. “Kalau begitu pak, Maaf pak… saya bisa tanda tangani RPP-nya di kepala bapak?” tanya bu Laila yang meskipun saat itu senyumnya sangat manis tetapi terlihat pahit luar biasa bagi pak Adi. Hhhh….. cleguk.
#edisipersiapanjadiguru#
Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 6 Juli 2018
Komentar
Hahaha..Bu Laila yang cerdas...
Hehehe....iya bucan. Bu Laila memang cerdas. Jazakillah khoir. Salam sehat dan sukses selalu untuk bucan. Barakallah.
Ada saja cerita menarik tentang RPP ....
Begitulah...pak guru. RPP senjatanya para guru untuk bertempur. Jazakallah khoir sudah mampir. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Hehe... Bisaan Bu Laela
Heheh...betul bun. Bu Laila...bisaaa aja. Apa kabar bunda Nia ? Kaaaangeeennnn, udah lama gak muncul. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah....bunda.
Makasih uti..Jadi ingat sama senjata yg belum diisi peluru...sehat selalu ya uti.
Alhamdulillah, jazakillah khoir....bunda Ade. Hehehe...asal jangan senjata makan tuan. Aamiin. Salam sehat dan sukses selalu untuk bunda Ade dan keluarga. Barakallah.
Cerpen yang menari dan memberi kejutan di akhir cerita, endingnya menohok. Cakep bu. Cuma penulisan "di" sebagai kata depan kok dirangkai. Maaf sekedar masukkan.
Waah...ini sangat luar biasa telitinya. Saya sampai mencari-cari "di" yang mana ya ? Eh...ketemu, maaf bu Eko khilaf..hehehe. Yang nulis ini sudah mbah-mbah. Jazakillah khoir, segera diedit bu. Sekali lagi, sangat bahagia dan berterima kasih dengan komentar bu Eko. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Pak Adi terciduk!
Hehehe...betul pak guru. Jazakallah khoir...pak. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Maaf, Bu, tidak diperlukan tanda apostrof (?) untuk kata: doa jumat maaf saat taat dan seterusnya
Jazakallah khoir...mas Bon. Segera diedit....njih mas. Aku suka, kusuka...hehehe. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
diedit
Nah, sudah dikoreksi. Bagi saya, itu sudah lebih dari sekadar sanjungan.
Jazakallah khoir untuk koreksiannya, mas Bonari. Alhamdulillah, ada yang mengoreksi tulisan saya. Saya bersyukur. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Jika ada satu kata yang sebagiannya singkatan, penulisannya menggunakan tanda hubung (-) RPP-nya, HUT-nya Namun, tidak diperlukan tanda hubung jika akronim: Puskesmasnya di mana? (Sepertinya begitu, tapi masih perlu dipastikan yang ini. Hihi)
Saya juga kemarin ragu waktu menuliskannya. Ada yang bisa beri petunjuk gak ya...? Jazakallah khoir...mas.
Pak Bonari betul bu, kalau nulis singkatan yang mendapat imbuhan, menggunakan tanda setrip. Demikian juga saat menulis kata yang menyebut Tuhan dan mendapat akhiran, menggunakan tanda strip dan ditulis dengan huruf besar pada awal kata. Misalnya,... kepada-Nya aku berserah diri. Pada-Mu aku mengajikan jiwaku... Maaf, hanya menguatkan kebenaran, kalau itu pun salah mohon dimaafkan.
Ini dia satu lagi yang saya suka. Komentarnya betul-betul untuk perbaikan tulisan. Jazakillah khoir....ibu. Segera saya edit. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.