Aku dan Rasaku sebagai Guru
Dalam keseharianku sebagai guru, mentransferkan ilmu pengetahuan, menyampaikan pesan moral atau bahkan bercerita kisah inspiratif bersama anak didik, rasa suka dan duka pastinya ada. Tetapi ketika diminta menuliskan semua rasa itu bukanlah perkara yang mudah. Butuh olah hati,olah rasa, olah pikir dan olah raga agar kata-kata yang kurangkai ini terasa indah dan yang paling penting dapat menyampaikan pesan yang akan kusampaikan pada orang yang membacanya.
Bagiku, menjadi guru adalah suatu keniscayaan. Berangkat dari keluarga yang berlatar belakang guru, bagiku guru menjadi salah satu mahluk Allah yang harus tampil “sempurna”. Bagaimana tidak, sejak kecil aku sudah mengerti bahwa guru harus menjadi sosok yang bisa digugu dan ditiru. Aku menemukan hal itu pada ayahku yang juga seorang guru. Hal yang tidak bisa kulupakan dari sosok ayahku adalah bagaimana beliau sangat dihormati dan disegani oleh sesama rekan guru dan para siswanya. Bahkan ketika beliau berpulang ke pangkuanNya, yang mengusung keranda beliau adalah siswa-siswa yang dalam kesehariannya tergolong pada siswa yang (maaf) “bandel”. Itu membekas didalam benakku dan kuyakini bahwa sesungguhnya tantangan terbesar bagi seorang guru adalah mampu “menaklukkan” siswa dengan predikat “bandel” tadi.
Merupakan hal yang paling menyenangkan bagiku ketika mengajar didalam kelas, para siswa tertarik pada setiap pertunjukan yang kutampilkan. Bagaikan seorang artis di dalam kelas yang mampu menghipnotis para penggemarnya dan siap berkolaborasi melakukan apa yang diminta oleh artis yang dipujanya. Batinku benar-benar terpuaskan jika pertunjukan yang kutampilkan pada mereka mampu merubah pola pikir bahkan tingkah laku mereka.
Bagaimana aku bisa membuat satu pertunjukan yang mampu memesona para siswaku? Mengenal karakter siswa dari tiap-tiap kelas yang kumasuki adalah kewajiban. Mengetahui karakter mereka memudahkan bagiku untuk bisa menentukan metode atau model pembelajaran apa yang paling sesuai sehingga proses pembelajaran didalam kelas dapat berlangsung dengan baik. Membuat mereka tertarik, untuk kemudian asyik dan tanpa sadar tenggelam dalam pembelajaran yang kulakukan sehingga menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap ilmu yang kuberikan adalah hal yang paling membahagiakan. Namun semuanya tidak selalu berlangsung mudah seperti apa yang kuinginkan.
Sampai saat ini, aku merasa bahagia dan berhasil menjadi guru jika siswa-siswa dengan katagori “bandel” yang seringkali tidak berminat dalam mengikuti pelajaran atau bahkan membuat keonaran didalam kelas, menjadi akrab denganku dan berminat mengikuti materi pelajaran yang kuberikan serta bisa merubah pola pikir dan prilaku mereka. Terasa ada yang kurang dan rasa yang mengganjal di hatiku jika aku keluar dari kelas dengan keadaan siswa yang diam seribu bahasa karena aku tak bisa memancing minat dan tanya mereka. Ufss, aku jadi merasa sangat lelah dan bersalah.
Kesulitan-kesulitan yang kuhadapi dalam peranku sebagai guru, jika faktor itu datangnya dari siswa sekuat mungkin akan aku usahakan untuk mencari solusi dan menyelesaikannya dengan baik. Tetapi tidak jarang pula dalam menunjang keberhasilanku sebagai guru faktor kesulitan yang kuhadapi datangnya dari warga sekolah yang lain, apakah dari guru sebagai rekan kerja, kepala sekolah atau yayasan yang mengelola perguruan tempat kumengajar atau bukan tidak mungkin dari para pemangku kebijakan yang terkait di dunia pendidikan. Namun semuanya tidak pernah kuanggap sebagai duka yang aku harus tenggelam didalamnya.
Menapikan karya orang lain, masih sering aku temukan pada sesama rekan guru. Ini yang sering membuatku sulit mengembangkan diri karena berada di lingkungan yang kurasakan tidak mendukung. Belum lagi kebijakan dari Kepala Sekolah yang seolah menjadi lahan yang tidak subur bagi benih-benih kreatifitas yang ingin kutumbuhkan. Atau keputusan-keputusan yang terkadang hanya menguntungkan pihak tertentu. Menemukan kesalahan-kesalahan yang sering dimunculkan tanpa menghargai kelebihan-kelebihan yang kulakukan juga menjadi satu faktor yang kurasakan akan semakin mematikan benih kreatifitas. Tetapi sejauh ini, aku tidak menganggap hal-hal tersebut sebagai duka dalam menjalankan profesiku sebagai guru. Aku lebih memilih bersukaria, larut dan asyik masyuk bersama siswa-siswaku didalam kelas. Maka, bukan tidak jarang aku tidak memperdulikan semua itu. Yang terpikir olehku adalah bagaimana siswaku bisa “menikmati pembelajaran” dan berhasil dengan baik. Ntahlah kalau rasaku ini salah.
Wallahu a’lam bishawab.
#edisibahagiajadiguru#
Rumahku, Menggapai Mardhatillah, Awal Agustus 2018.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
saya baca tulisan ini via email dan sdh saya revisi sedikit redaksinya supaya lebih enak dibaca, salut
Alhamdulillah, jazakumullah khoiron katsiro...Om. Saya bahagia dan bangga sekali tulisan saya direvisi oleh Om Jay. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Hal ini juga yang kurasakan. Semoga apapun yang kita lakukan semuanya membawa kebaikan...
Aamiin ya robbal alaamiin. Biarlah guru menjadi mulia diantara "sejuta rasa" yang mendera. Jazakumullah khoiron katsiro. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah...pak guru.
Apa yang Bunda rasakan sama seperti yang Bucan rasakan..semoga kita selalu sabar dan ikhlas ya Bunda..barakallah Bunda...
Kita memang selalu sama bucan. Sama-sama guru IPA yang cantik...hehehe. Insya Allah kita senantiasa dalam keadaan sabar dan ikhlas. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah....bucan.
Alhamdulillah, mengingatkan sesama, cerminan kita sebagai guru tergambar jelas dalam tulisan ibu, Barokallah
Alhamdulillah, jazakumullah khoiron katsiro. Dalam rangka menyemangati diri sendiri. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah....pak guru.
Subhaanallaah cerita yang sangat menarik bunda. Sungguh perjuangan yang hebat. Selamat bunda akhirnya predikat di gugu dan di tiru ada padamu. Salam ta'dzim dariku bunda
Alhamdulillah jika menginspirasi, jazakumullah khoiron katsiro. Hanya menyemangati diri. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah...nduk.
Alhamdulillaah.. Aamiin Yaa Allah, sepertinya semangat bunda sampai di hati nanda di Blitar lho.. Jazakillah khoiron katsiro bunda. Salam sehat dari nanda juga bunda
Terima kasih atas semangatnya bunda....saya jadi ikut terharu....
Alhamdulillah, sami-sami bunda. Jazakumullah khoiron katsiro. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.